Putra Nuh

Putra Nuh

Ketidaktahuan Nabi Nuh as atas Kekufuran Putranya

Banyak dari kalangan mufasir berpendapat bahwa Nabi Nuh as tidak mengetahui sebelumnya mengenai kekufuran putranya sehingga ketika melihat putranya itu, ia mengajaknya untuk ikut naik ke atas bahtera. [8] Karena jika Nabi Nuh as telah mengetahui bahwa putranya itu kufur, maka tentu ia tidak akan mengajak putranya tersebut. Nabi Nuh as sebelumnya telah mengecam kekufuran dan menghendaki dari Allah swt agar tidak menyisakan orang-orang kafir hidup di muka bumi dan tentu mengkhususkan doanya tersebut tidak tertimpa untuk anaknya karena hubungan kekeluargaan adalah sesuatu yang tidak dapat diterima akan dilakukan oleh Nabi Nuh as. [9]

Sebagian dari mufasir dengan melihat cara Nabi Nuh as berdialog dengan putranya sebagaimana yang diriwayatkan dalam Alquran menunjukkan Nabi Nuh as tidak mengetahui mengenai kekufuran putranya tersebut. Jika Nabi Nuh as mengetahui sebelumnya bahwa putranya itu kufur, ia tidak akan berkata, "Janganlah engkau bersama orang-orang kafir", [10] melainkan akan berkata, "Janganlah engkau termasuk golongan orang-orang kafir." Karena pada kalimat pertama sebagaimana yang tertulis dalam Alquran menunjukkan arti bersama-sama akan mendapatkan bala dan bencana karena berada pada tempat yang sama, tidak menunjukkan bahwa putranya itu juga termasuk orang-orang kafir, dengan kalimat permintaan dari Nabi Nuh as tersebut menunjukkan bahwa ia tidak mengetahui kekufuran anaknya sehingga ia menyarankan agar putranya tersebut tidak bersama-sama dengan orang-orang kafir. [11]

Allamah Thabathabai berkeyakinan dari lahiriyah ayat menunjukkan bahwa Allah swt telah berjanji pada Nabi Nuh as akan menyelamatkan dia bersama keluarganya dari |badai topan, namun dikarenakan Nabi Nuh as tidak mengetahui kekufuran putranya, ia sebagaimana diceritakan dalam Surah Hud ayat 45 menagih janji tersebut kepada Allah swt. [12]

Nabi Nuh diberi mukjizat untuk membangun sebuah kapal besar yang menyelamatkan Ia dan kaum beriman lainnya dari azab Allah SWT. Ketika banjir bandang melanda dan membinasakan kaum Nabi Nuh yang ingkar, salah satu yang tak selamat adalah Kan'an, putra tertua Nabi Nuh.

Nabi Nuh dikaruniai empat orang anak yakni Kan'an, Yafith, Sam dan Ham. Sebagai putra tertua, Kan'an dikenal sebagai sosok yang zalim dan durhaka kepada orangtuanya. Ia akhirnya binasa bersama kaum yang ingkar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip dari buku Menengok Kisah 25 Nabi & Rasul oleh Ahmad Fatih, disebutkan bahwa Kan'an berpura-pura menjadi orang beriman padahal ia menyembunyikan rasa benci yang teramat dalam pada sang ayah. Bahkan Kan'an dan ibunya yang merupakan istri Nabi Nuh sering menghina dan mencemooh Nabi Nuh.

Syubhat mengenai Putra Nabi Nuh as

Pada ayat 46 dalam surah Hud disebutkan, "Wahai Nuh, ia bukan dari keluargamu" menimbulkan polemik dan perbedaan pendapat di kalangan mufasir mengenai status Kan'an. Sebagian dengan bersandar pada ayat ini dan juga ayat lainnya seperti ayat 10 Surah Al-Tahrim yang menyebutkan istri Nabi Nuh as sebagai contoh istri yang berkhianat. Mereka berpendapat bahwa anak yang ditenggelamkan tersebut bukan anak kandung Nabi Nuh as melainkan anak haram dari istrinya. [4] Sementara banyak mufasir lain dari kalangan Ahlusunah dan Syiah dengan bersandar pada riwayat yang ada, berpendapat tafsir ayat 45 dan 46 pada Surah Hud tidak membenarkan pandangan tersebut, dan berkeyakinan kata "فخانتاهما" (lalu kedua istri itu berkhianat pada kedua suaminya) dalam Alquran tidak menunjukkan bahwa istri Nabi Nuh as pelaku zina sehingga tidak bisa dikatakan bahwa ia memiliki anak haram. [5]

Allamah Thabathabai berpendapat bahwa yang tengelam dalam lautan badai adalah putra kandung dan sah Nabi Nuh as. Ia bersandar pada bentuk panggilan sebagaimana yang diceritakan dalam Surah Hud ayat 42, "Wahai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami", jenis panggilan tersebut adalah panggilan kasih sayang yang hendak menunjukkan bahwa ia mencintai dan menginginkan kebaikan bagi putranya tersebut. [6] Pendapat bahwa Kan'an adalah putra kandung Nabi Nuh as juga disebutkan dalam Tafsir al-Amtsal (Tafsir Nemuneh), Majma' al-Bayan dan Tafsir Thabari sehingga diakui sebagai pendapat yang paling kuat. [7]

Nabi Nuh teringat akan putranya. Sebagai bapak yang sayang pada anaknya, Nuh as memanggil sang anak untuk naik ke kapal bersama keluarganya yang lain, sedangkan putranya berada dalam kekafiran.

Maka Nabi Nuh berkata, “Hai anakku, naiklah engkau bersama kami agar engkau selamat dari hanyut dan janganlah engkau masuk dalam golongan orang-orang kafir yang mengingkari agama Allah.”

Namun putranya tidak menjawab seruan Allah Swt dan tetap durhaka seraya menduga bahwa yang akan terjadi merupakan peristiwa alam biasa.

Maka ia pun berkata kepada Ayahnya, “Aku akan berlindung ke gunung yang tidak dapat dicapai air, sehingga aku tidak akan tenggelam.”

Ayahnya menjawab, “Tidak satu kekuatan pun yang sanggup mencegah tenggelamnya seorang yang telah ditakdirkan Allah yang menenggelamkan sebagai balasan bagi orang-orang kafir.”

Putranya tetap menolak dan menyangka bahwa usahanya untuk mencapai puncak gunung dapat menyelamatkannya dari tenggelam. Akan tetapi kekuatan air dan tingginya gelombang telah menghanyutkan putra yang sesat dan kafir itu.

Zaid Husein Alhamid, Kisah 25 Nabi dan Rasul

Putra Nabi Nuh as adalah salah saeorang anak dari Nabi Nuh as yang karena menolak beriman, ia bersama orang-orang kafir mendapatkan azab dari Allah swt berupa ditenggelamkan lewat angin badai. Kisah mengenai putra Nabi Nuh as ini diceritakan dalam Alquran pada Surah Hud ayat 40 sampai 47. Terdapat perbedaan pendapat antara mufasir mengenai beberapa bagian detail dari peristiwa tersebut. Mayoritas mufasir berpendapat, ia adalah putra kandung Nabi Nuh as yang kekafirannya tidak diketahui oleh Nabi Nuh as yang karena itu ia mengajak putranya itu untuk ikut menaiki bahtera agar selamat.

mengajak putranya menaiki bahtera dalam Kitab Majma' al-Tawarikh abad 9 H

Kisah Putra Nabi Nuh as

Nabi Nuh as memiliki empat putra, yaitu Sam, Ham, Yafet dan Kan'an. Diantara mereka, Kan'an satu-satunya anak Nabi Nuh as yang mengabaikan ajakan ayahnya dan tidak mau beriman, yang akhirnya mendapatkan azab Ilahi berupa badai topan yang menenggelamkannya bersama dengan orang-orang kafir. [1]

Kisah putra Nabi Nuh as dalam Alquran sebagaimana tujuan dari kisah-kisah Alquran lainnya sehingga rincian kisah dan karakteristik khusus putra Nabi Nuh as tidak disampaikan secara detail. [2]

Satu-satunya penggambaran mengenai putra Nabi Nuh as dalam Alquran yaitu ketika badai topan telah dimulai dan putra Nabi Nuh as berada di luar bahtera. Menurut Alquran, Nabi Nuh as ketika mellihat putranya, ia segera mengajaknya untuk menaiki bahtera agar selamat namun putranya tersebut mengabaikan permintaan ayahnya dan berkata akan pergi ke puncak gunung yang disebutnya ia akan di tempat tersebut. Nabi Nuh as kembali mengajak putranya untuk naik ke bahtera dan berkata bahwa topan tersebut adalah azab dari Allah swt yang tidak ada yang akan selamat kecuali Allah swt menghendaki.

Kemudian gelombang air menerjang memisahkan keduanya, sampai pada akhirnya putra Nabi Nuh as tewas ditelan badai. [3]

Nabi Nuh Mengajak Kan'an Naik Bahtera

Ketika Nabi Nuh mengumpulkan seluruh umatnya, beliau teringat akan putra tertuanya yaitu Kan'an. Beliau meminta agar Kan'an naik ke bahtera bersama pengikutnya yang lain. Namun dengan angkuhnya Kan'an justru menolak dan tetap pada pendiriannya tidak ingin beriman kepada Allah.

Peristiwa ini tercatat dalam Al-Qur'an Surat Hud ayat 42

وَهِىَ تَجْرِى بِهِمْ فِى مَوْجٍ كَٱلْجِبَالِ وَنَادَىٰ نُوحٌ ٱبْنَهُۥ وَكَانَ فِى مَعْزِلٍ يَٰبُنَىَّ ٱرْكَب مَّعَنَا وَلَا تَكُن مَّعَ ٱلْكَٰفِرِينَ

Artinya: Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: "Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir".

Kecintaan Nabi Nuh pada sang putra ditunjukkan bahkan ketika air bah mulai meninggi. Nabi Nuh terus membujuk agar putranya mau naik ke atas bahtera. Namun bujukan sang ayah justru diingkari. Kan'an lebih memilih untuk berlindung di gunung.

Dalam Surat Hud ayat 43, Allah SWT berfirman,

قَالَ سَـَٔاوِىٓ إِلَىٰ جَبَلٍ يَعْصِمُنِى مِنَ ٱلْمَآءِ ۚ قَالَ لَا عَاصِمَ ٱلْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ ٱللَّهِ إِلَّا مَن رَّحِمَ ۚ وَحَالَ بَيْنَهُمَا ٱلْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ ٱلْمُغْرَقِينَ

Artinya: Anaknya menjawab: "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!" Nuh berkata: "Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang". Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.

Kan'an Tenggelam saat Banjir Bandang

Banjir kemudian semakin meninggi dan Kan'an tetap tidak mau masuk ke dalam kapal dan ingin menyelamatkan diri dengan cara berenang menuju puncak gunung yang belum tersentuh air. Kan'an menganggap bahwa air tidak akan sampai ke puncak gunung tersebut.

Dugaannya ternyata salah, air banjir bahkan menenggelamkan puncak gunung tertinggi sekalipun.

Disela percakapan antara keduanya, muncullah gelombang besar yang memisahkan antara bahtera Nabi Nuh dengan Kan'an. Seketika Kan'an lenyap dari penglihatan Nabi Nuh. Nabi Nuh berusaha mencari keberadaan putra sulungnya akan tetapi sia-sia.

Sebagai seorang ayah dan darah dagingnya, beliau sangat sedih karena putra yang amat disayanginya tenggelam oleh azab Allah. Pada saat Kan'an tenggelam, Nabi Nuh sempat memohon kepada Allah agar putranya diselamatkan karena Nabi Nuh mengingat bahwa Allah telah menjanjikan keselamatan bagi seluruh keluarganya.

Nabi Nuh kemudian bertanya-tanya mengapa putranya tidak selamat dari azab tersebut dan Allah menjawab bahwa putranya telah durhaka dan bukan termasuk keluarga yang dijanjikan Allah untuk selamat.

Hal ini sebagaimana termaktub dalam Al-Qur'an surat Hud ayat 45-46.

وَنَادَىٰ نُوحٌ رَّبَّهُۥ فَقَالَ رَبِّ إِنَّ ٱبْنِى مِنْ أَهْلِى وَإِنَّ وَعْدَكَ ٱلْحَقُّ وَأَنتَ أَحْكَمُ ٱلْحَٰكِمِينَ

Artinya: Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya".

قَالَ يَٰنُوحُ إِنَّهُۥ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ ۖ إِنَّهُۥ عَمَلٌ غَيْرُ صَٰلِحٍ ۖ فَلَا تَسْـَٔلْنِ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۖ إِنِّىٓ أَعِظُكَ أَن تَكُونَ مِنَ ٱلْجَٰهِلِينَ

Artinya: Allah berfirman: "Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan".

Nabi Nuh kemudian menyadari kesalahannya dan segera memohon pengampunan kepada Allah SWT. Nabi Nuh kemudian mengikhlaskan kepergian putra dan istrinya yang zalim serta seluruh umatnya yang lebih memilih menyembah berhala yang merupakan perbuatan musyrik.

Kan'an adalah salah putra dari Nabi Nuh AS. Ia merupakan anak yang durhaka dan menyembunyikan kebencian terhadap sang ayah dengan berpura-pura beriman.

Menukil dari buku Menengok Kisah 25 Nabi & Rasul karya Ustaz Fatih, Nuh AS memiliki empat orang putra. Putra pertamanya bernama Kan'an, putra kedua bernama Yafith, ketiga bernama Sam dan keempat bernama Ham.

Suatu hari, Nabi Nuh AS memerintahkan kaumnya untuk naik ke bahtera. Ia juga membawa hewan-hewan naik ke bahtera tersebut agar selamat dari azab yang Allah SWT ditimpakan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kala itu, Allah SWT mengazab kaum Nabi Nuh AS yaitu bani Rasib seperti dijelaskan dalam Qashash al-Anbiyaa oleh Ibnu Katsir yang diterjemahkan Umar Mujtahid. Mereka memperlakukan Nuh AS dengan kasar dan menyekutukan sang Khalik hingga akhirnya Allah SWT menurunkan banjir bandang yang luar biasa dahsyatnya.

Allah SWT berfirman dalam surah Al Ankabut ayat 14-15,

وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا نُوْحًا اِلٰى قَوْمِهٖ فَلَبِثَ فِيْهِمْ اَلْفَ سَنَةٍ اِلَّا خَمْسِيْنَ عَامًا ۗفَاَخَذَهُمُ الطُّوْفَانُ وَهُمْ ظٰلِمُوْنَ ١٤فَاَنْجَيْنٰهُ وَاَصْحٰبَ السَّفِيْنَةِ وَجَعَلْنٰهَآ اٰيَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ ١٥

Artinya: "Sungguh, Kami benar-benar telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu dia tinggal bersama mereka selama seribu tahun kurang lima puluh tahun. Kemudian, mereka dilanda banjir besar dalam keadaan sebagai orang-orang zalim. Maka, Kami selamatkan Nuh dan para penumpang bahtera serta Kami jadikannya sebagai pelajaran bagi alam semesta."

Kan'an enggan ikut dengan sang ayah meski Nabi Nuh AS sudah memintanya. Ini diceritakan dalam firman Allah SWT dalam surah Hud ayat 42-43,

وَهِىَ تَجْرِى بِهِمْ فِى مَوْجٍ كَٱلْجِبَالِ وَنَادَىٰ نُوحٌ ٱبْنَهُۥ وَكَانَ فِى مَعْزِلٍ يَٰبُنَىَّ ٱرْكَب مَّعَنَا وَلَا تَكُن مَّعَ ٱلْكَٰفِرِينَ قَالَ سَـَٔاوِىٓ إِلَىٰ جَبَلٍ يَعْصِمُنِى مِنَ ٱلْمَآءِ ۚ قَالَ لَا عَاصِمَ ٱلْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ ٱللَّهِ إِلَّا مَن رَّحِمَ ۚ وَحَالَ بَيْنَهُمَا ٱلْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ ٱلْمُغْرَقِينَ

Artinya: "Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: "Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir,"

Anaknya menjawab: "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!"

Nuh berkata: "Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang."

Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan." (QS. Hud: 42-43)

Dikisahkan dalam buku Insan Pilihan Tuhan tulisan M Arief Hakim, Kan'an tidak mendengar sang ayah dan mendaki ke atas gunung untuk menyelamatkan diri tanpa rasa takut. Air terus mengejarnya sampai ke puncak gunung.

Putra Nuh AS berpikir dia akan selamat namun nyatanya air bah menelan Kan'an dan ia tenggelam dalam pusaran air yang dahsyat bersama kaum Nuh AS yang zalim. Dalam keadaan seperti itu, Nabi Nuh AS memohon kepada Allah SWT agar putranya diselamatkan seperti disebutkan pada surah Hud ayat 45,

وَنَادَىٰ نُوحٌ رَّبَّهُۥ فَقَالَ رَبِّ إِنَّ ٱبْنِى مِنْ أَهْلِى وَإِنَّ وَعْدَكَ ٱلْحَقُّ وَأَنتَ أَحْكَمُ ٱلْحَٰكِمِينَ

Artinya: "Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya."

Lalu, Allah SWT menjawab dalam firman-Nya pada surah Hud ayat 46,

قَالَ يَٰنُوحُ إِنَّهُۥ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ ۖ إِنَّهُۥ عَمَلٌ غَيْرُ صَٰلِحٍ ۖ فَلَا تَسْـَٔلْنِ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۖ إِنِّىٓ أَعِظُكَ أَن تَكُونَ مِنَ ٱلْجَٰهِلِينَ

Artinya: "Allah berfirman: "Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan."

Kisah Kan'an, putra Nabi Nuh AS, yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah SWT semoga menjadi pelajaran bagi kita semua. Semoga kita tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang yang ingkar. Naudzubillah min dzalik.

Daftar keturunan Nuh (bahasa Inggris: Generations of Noah) juga disebut Tabel Bangsa-bangsa (bahasa Inggris: Table of Nations) Kejadian 10 (Kejadian 10:1–32) dengan salinan dalam 1 Tawarikh 1 (1 Tawarikh 1:1–27) pada Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen) merupakan suatu silsilah keturunan putra-putra Nuh serta penyebarannya ke berbagai tanah dan negeri setelah Air Bah, berfokus pada kelompok masyarakat utama pada zaman penulisan catatan tersebut. Istilah "bangsa-bangsa" merupakan terjemahan kata Ibrani "goy", yang kemudian pada tahun 400 M pada terjemahan Alkitab bahasa Latin, Vulgata ditulis sebagai "nationes"/"nationibus", selanjutnya menjadi "nations" dalam bahasa Inggris, tetapi tidak mempunyai konotasi politik yang sama dengan arti kata saat ini.[2]

Daftar yang terdiri dari 70 nama untuk pertama kalinya memperkenalkan sejumlah etonim dan toponim yang penting dalam geografi alkitabiah[3] seperti ketiga putra Nuh: Sem, Ham dan Yafet, yang menurunkan rumpun bangsa Semit, Hamit dan Yafetit, juga cucu-cucu Nuh tertentu yaitu Elam, Ashur, Aram, Kush, dan Kanaan, menurunkan bangsa Elam, Asyur, Aram, Kush dan Kanaan, juga keturunan berikutnya termasuk Eber (yang menurunkan "Ibrani"), raja-pemburu Nimrod, bangsa Filistin dan putra-putra Kanaan termasuk Het, Yebus dan Amorus, yang menurunkan bangsa Het, Yebus dan Amori.

Ketika Kekristenan mengambil alih dunia Romawi, berkembanglah ide bahwa semua penduduk dunia diturunkan dari Nuh. Namun identifikasi tradisi Yahudi Helenistik mengenai leluhur berbagai bangsa, yang sebenarnya lebih terkonsentrasi pada dunia Laut Tengah dan Timur Dekat, menjadi terentang meluas. Bangsa-bangsa di utara yang berperan penting pada zaman Romawi Akhir dan dunia abad pertengahan, seperti orang Kelt, Slavia, Jerman dan Nors tidak tercakup, demikian pula bangsa-bangsa lainnya. Berbagai pengaturan telah diusulkan oleh para sarjana, misalnya bangsa Skithia, yang termasuk ke dalam tradisi, dianggap sebagai leluhur sebagian besar Eropa Utara.[4]

Menurut Joseph Blenkinsopp, adanya 70 nama pada daftar ini secara simbolis menunjukkan kesatuan ras manusia, terkoresponden dengan 70 keturunan Israel yang pindah ke Mesir bersama Yakub pada Kejadian 46 (Kejadian 46:27) dan 70 tua-tua Israel yang bertemu dengan Allah bersama-sama Musa dalam upacara perjanjian pada Keluaran 24 (Keluaran 24:1–9).

Kejadian 1–11 disusun dari lima pernyataan toledot atau "silsilah" (" Inilah keturunan..."), di mana "keturunan Sem, Ham dan Yafet, anak-anak Nuh" adalah yang keempat. Peristiwa-peristiwa sebelum kisah "Air Bah", "toledot" utama, berhubungan dengan kisah sesudahnya: dunia setelah Air Bah merupakan suatu penciptaan baru yang berkaitan dengan kisah penciptaan mula-mula, karena sebagaimana Adam, Nuh mempunyai tiga putra yang akan memenuhi dunia. Keterkaitan itu berlanjut lebih jauh: ada 70 nama dalam daftar, terkait dengan 70 orang keturunan Israel yang pindah ke Mesir di akhir Kitab Kejadian dan 70 tua-tua Israel yang naik ke atas gunung Sinai untuk bertemu dengan Allah dalam Kitab Keluaran. Kekuatan simbolis angka-angka ini mendasari cara pengaturan nama-nama dalam kelompok tujuh, menunjukkan bahwa daftar itu mengandung makna simbolik obligasi moral universal.

Struktur daftar ini pada Kejadian 10 adalah:

Keseluruhan prinsip yang mengatur berbagai bangsa dalam daftar ini sukar dicerna: dimaksudkan untuk menggambarkan seluruh umat manusia, tetapi terbatas pada wilayah di selatan tanah Mesir, negeri-negeri Mesopotamia, Anatolia dan Yunani Ionia, lagi pula "Putra-putra Nuh" tidak diorganisir secara geografis, bahasa maupun kelompok etnis di dalam daerah-daerah ini. Daftar ini nyatanya memuat sejumlah kesulitan: misalnya nama Syeba dan Hawilah dicatat dua kali, pertama sebagai keturunan Kush bin Ham (ayat 7), dan kemudian sebagai putra-putra Yoktan, cicit Sem, dan bilamana keturunan Kush adalah penduduk Afrika pada ayat 6–7, keturunan Yoktan adalah penduduk Mesopotamia pada ayat 10–14.

Penyusunan Kejadian 1–11 tidak dapat ditetapkan secara tepat, meskipun tampaknya pada mulanya ada inti kisah yang pendek yang kembudian dikembangkan dengan data tambahan. Sebagian daftar mungkin diturunkan pada abad ke-10 SM, sementara bagian lain rupanya dari abad ke-7 dan revisi para imam pada abad ke-5. Kombinasi dari pandangan dunia, mitos dan silsilah tersebut dianggap berkaitan dengan tulisan sejarawan Yunani Hekataios dari Miletos, yang aktif sekitar tahun 520 SM.

Sumber: Kejadian 10:2–5 Keturunan Yafet ialah

Keturunan Gomer ialah

Keturunan Yawan ialah

Sumber: Kejadian 10:6–20 Keturunan Ham ialah

Anak-anak Raema ialah

Kush memperanakkan Nimrod.

Misraim memperanakkan

Daerah orang Kanaan adalah dari Sidon ke arah Gerar sampai ke Gaza, ke arah Sodom, Gomora, Adma dan Zeboim sampai ke Lasa.

Sumber: Kejadian 10:21–31 Keturunan Sem ialah

itulah semuanya keturunan Yoktan.

Daerah kediaman mereka terbentang dari Mesa ke arah Sefar, yaitu pegunungan di sebelah timur.

Pasal 1 Tawarikh 1 memasukkan suatu versi Tabel Bangsa-bangsa dari Kitab Kejadian, tetapi disunting untuk memperjelas bahwa tujuannya adalah mencatat sejarah bangsa Israel. Hal ini dilakukan dengan berfokus pada cabang keturunan Abraham, dan tidak memuat ulang Kejadian 10:9–14, yaitu bagian mengenai Nimrod bin Kush, yang terkait dengan sejumlah kota di Mesopotamia, sehingga tidak memperlihatkan kaitan Kush dengan Mesopotamia.

Tabel Bangsa-bangsa dikembangkan lebih detail pada pasal 8–9 Kitab Yobel, yang kadang-kadang dikenal sebagai "Kitab Kejadian yang lebih kecil" ("Lesser Genesis"), suatu karya dari zaman awal periode Bait Kedua. Kitab Yobel dianggap sebagai Pseudepigrapha oleh sebagian besar orang Kristen dan sekte-sekte Yahudi tetapi dipandang berguna oleh sejumlah Bapa Gereja. Pembagian keturunan-keturunan di seluruh dunia dianggap dipengaruhi kuat oleh "Peta dunia Ionian" ("Ionian world map") yang digambarkan dalam Histories karya Herodotus, dan perlakuan yang aneh terhadap Kanaan dan Madai dianggap sebagai "propaganda untuk ekspansi teritorial negara Hasmonean".[16]

Alkitab Ibrani diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani di Alexandria atas permintaan Ptolemaios II, yang memerintah Mesir pada tahun 285–246 SM. Versi Tabel Bangsa-bangsa serupa dengan teks Ibrani, tetapi dengan perbedaan berikut:

Kisah Air Bah memuat bagaimana Nuh dan ketiga putranya Sem, Ham, dan Yafet, bersama-sama dengan istri-istri mereka, diselamatkan dari air bah untuk kembali menghuni dan memenuhi dunia.

Sejarawan Yahudi-Romawi abad ke-1 Masehi, Flavius Yosefus, dalam tulisannya Antiquitates Iudaicae Buku 1, pasal 6, termasuk salah satu orang pertama di antara banyak orang yang mencoba mencocokkan kelompok etnis yang dikenal pada zaman itu dengan nama-nama yang terdaftar pada Kejadian 10. Pencocokan yang dibuatnya menjadi dasar bagi banyak pengarang di kemudian hari, yaitu:[26]

Hippolitus dari Roma, dalam karyanya Diamerismos (~234, terlestarikan dalam berbagai salinan bahasa Latin dan Yunani),[27] membuat upaya lain untuk mencocokkan kelompok etnis dengan nama-nama pada Kejadian 10. Ada dugaan bahwa ada pengaruh dari Kitab Yobel.[28]

Perbedaan dengan versi Yosefus adalah:

Chronography of 354, Panarion karya Epiphanius of Salamis (~375), Chronicon Paschale (~627), History of Albania karya sejarawan Georgia, Movses Kaghankatvatsi (abad ke-7), dan Synopsis of Histories karya John Skylitzes (~1057) mengikuti identifikasi Hippolitus.

Hieronimus (Jerome), menulis pada ~tahun 390, memberikan perbaikan identifikasi versi Yosefus dalam karyanya Hebrew Questions on Genesis. Daftarnya hampir serupa dengan susunan Yosefus, dengan sejumlah perbedaan berikut:

Sarjana Isidorus dari Sevilla, dalam karyanya Etymologiae (~600), mengulangi semua identifikasi Jerome, tetapi dengan perubahan-perubahan kecil berikut:[29]

Identifikasi Isidorus untuk putra-putra Yafet diulangi dalam Historia Brittonum yang dianggap ditulis oleh Nennius dan juga menjadi dasar bagi berbagai tulisan sarjana abad pertengahan, tetap demikian sampai Zaman Penemuan memunculkan teori-teori baru, seperti yang diutarakan oleh Benito Arias Montano (1571), yang mengusulkan pengkaitan Meshech dengan Moskow, dan Ofir dengan Peru.

Pada terjemahan Alkitab bahasa Yunani, Septuaginta (LXX), teks Kitab Kejadian memuat satu tambahan putra Yafet, "Elisa", di antara Yawan dan Tubal; tetapi, karena nama ini tidak dijumpai pada sumber kuno lainnya, mauapun dalam Kitab 1 Tawarikh, hampir secara universal dianggap duplikat Elisa, putra Yawan. Kehadiran Elisa dan Kainan putra Arpakhsad (lihat di bawah) dalam Alkitab bahasa Yunani merujuk pada penomoran tradisional di kalangan orang Kristen mula-mula yang menghitung 72 nama, bukannya 70 nama yang didapati pada sumber-sumber Yahudi dan Kristen Barat.

Pada awal abad ke-9 ahli gramatika Yahudi, Judah ibn Quraysh, melihat hubungan antara bahasa Semitik dan Kushit; ahli linguistik modern menggolongkannya ke dalam dua keluarga (family), bersama dengan kelompok bahasa Mesir, Berber, Chadic, dan Omotic ke dalam keluarga bahasa Afro-Asiatik yang lebih besar. Lagi pula, bahasa-bahasa di selatan setengah Afrika sekarang dipandang termasuk beberapa keluarga tersendiri yang independen dari kelompok Afro-Asiatik. Sejumlah teori Hamitik yang sekarang sudah ditinggalkan telah dianggap sebagai rasis; terutama teori yang diusulkan pada abad ke-19 oleh Speke, bahwa orang Tutsi dianggap keturunan Ham dan karenanya "superioer secara inheren" (inherently superior).[49]

Seorang imam Yesuit dari abad ke-17, Athanasius Kircher, mengira bahwa orang Tionghoa diturunkan dari Ham melalui orang Mesir.

Putra-putra Nuh tidak disebutkan nama-namanya dalam Qur'an, melainkan hanya dicatat bahwa salah satu putranya termasuk orang-orang yang tidak mengikuti Nuh, bukan tergolong orang percaya, sehingga tenggelam dalam air bah. Juga Qur'an mengindikasikan bencana besar, cukup untuk menghancurkan orang-orang pada zaman Nuh, tetapi menyelamatkan Nuh dan keturunannya.[55]

Daniel A. Machiela (2009). "A Comparative Commentary on the Earths Division". The Dead Sea Genesis Apocryphon: A New Text and Translation With Introduction and Special Treatment of Columns 13–17. BRILL. ISBN 9789004168145.

Jacques T. A. G. M. Ruiten (2000). Primaeval History Interpreted: The Rewriting of Genesis 1–11 in the Book of Jubilees. BRILL. ISBN 9789004116580.

Wir verwenden Cookies und Daten, um

Wenn Sie „Alle akzeptieren“ auswählen, verwenden wir Cookies und Daten auch, um

Wenn Sie „Alle ablehnen“ auswählen, verwenden wir Cookies nicht für diese zusätzlichen Zwecke.

Nicht personalisierte Inhalte und Werbung werden u. a. von Inhalten, die Sie sich gerade ansehen, und Ihrem Standort beeinflusst (welche Werbung Sie sehen, basiert auf Ihrem ungefähren Standort). Personalisierte Inhalte und Werbung können auch Videoempfehlungen, eine individuelle YouTube-Startseite und individuelle Werbung enthalten, die auf früheren Aktivitäten wie auf YouTube angesehenen Videos und Suchanfragen auf YouTube beruhen. Sofern relevant, verwenden wir Cookies und Daten außerdem, um Inhalte und Werbung altersgerecht zu gestalten.

Wählen Sie „Weitere Optionen“ aus, um sich zusätzliche Informationen anzusehen, einschließlich Details zum Verwalten Ihrer Datenschutzeinstellungen. Sie können auch jederzeit g.co/privacytools besuchen.

Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.

Wenn dies deiner Meinung nach nicht gegen unsere Gemeinschaftsstandards verstößt,